by

Andai Ini Ramadhan Terakhir Kita

Apa yang kita pikirkan ketika mendengar atau membaca kata “terakhir”? Sesuatu yang begitu psikologis banget efeknya. Contoh: “Panggilan terakhir” di Airport. Membuat para penumpang cepat-cepat menuju pesawat. Contoh lagi: “Teguran terakhir” atau SP3. Membuat seorang karyawan bergegas dan betul-betul memperbaiki diri. Kalau kata teman saya, langsung taubat. Contoh lagi: “Kesempatan terakhir.” Membuat seseorang benar-benar menggunakan kesempatan tersebut sebaik mungkin. Karena bisa jadi next time tidak ada lagi.
Jika terhadap urusan dunia ini kita begitu gambang merespon pesan “panggilan terkhir”, “kesempatan terakhir”, “teguran terakhir”, lalu bagaimana jika yang ada di hadapan kita itu adalah “hari terakhir hidup kita di dunia”? Apakah kita akan berleha-leha dan biasa saja? Tentu tidak.
Coba bayangkan, jika kita mengalami kondisi sakit lalu dokter memvonis diri kita bahwa usia kita tinggal 2 bulan lagi.
Apa kita-kira yang akan kita lakukan? Apakah hidup kita akan dihabiskan untuk hal-hal yang biasa?
Apakah sisa usia kita yang tinggal 2 bulan itu akan dihabiskan untuk nonton bola?
Apakah akan kita habiskan untuk sekedar bercanda? Tentu tidak.
Bisa jadi kita akan fokus bertaubat, banyakin beramal baik, banyakin minta maaf, banyakin sedekah, dan lain-lain.
Kenapa? Ya karena ini bulan-bulan terakhir kita hidup di dunia ini.
Maka wajarlah Rasulullah Saw berpesan, “Apabila kamu berdiri dalam shalatmu maka shalatlah seperti shalatnya perpisahan.” (HR. Ibnu Majah dan Ahmad)
Karena shalat perpisahan adalah shalat terakhir, shalat yang akan dikerjakan dengan terbaik, bacaan terbaik, gerakan terbaik, kekhusyuan terbaik. Ya, shalat terakhir.
Lalu bagaimana jika ini adalah Ramadhan terakhir?
Pernahkah kita membayangkan bahwa ini adalah ramadhan terakhir dalam hidup kita? Karena kita tak pernah tahu bahwa tahun depan ramadhan datang dan kita masih hidup? Bagaimana kalau sebelum ramadhan tahun depan Allah sudah memanggil kita? Apa yang sudah kita siapkan jika ramadhan tahun ini adalah ramadhan terakhir dalam hidup kita?
Pertama, hadirkan keyakinan bahwa ajal kita itu Allah yang atur kapan datangnya. Bisa tahun depan, bulan depan, besok pagi atau bahkan nanti malam. Bisa kapan saja, kita tidak pernah tahu. Yang pasti, dia pasti datang. Keyakinan akan kematian bisa tiba kapan saja akan membuat diri kita mempersiapkan diri dan mempersembahkan yang terbaik.
Kedua, berbegas melakukan kebaikan semampu yang bisa kita lakukan tidak perlu menunda nanti apalagi pakai kata tapi. Bergegaslah melakukan keta’atan sekecil apa pun itu, terlebih di bulan ramadhan ini. Bisa jadi itu adalah amalah terakhir yang kita lakukan sebelum kematian datang.
Ketiga, buatlah target dan rencana terbaik dalam hidup kita. Niatkan kebaikan terbaik yang akan kita lakukan besok, pekan depan, bulan depan, tahun depan. Meski pun Allah takdirkan lain, misalnya Allah panggil kita, tetapi kita sudah berazzam untuk melakukan kebaikan terbaik.
Di penguhujung Ramadhan ini, meski tinggal beberapa hari lagi akan berakhir. Tidak ada salahnya kita terus melakukan koreksi, perbaikan diri, evaluasi. Amalan apa yang belum kita optimalkan dilakukan selama Ramadhan ini. Ibadah apa yang masih minim kita kerjakan selama Ramadhan ini. Kemaksiatan apa yang masih saja kita lakukan di Ramadhan ini. Mari kita berubah. Jangan sampai Ramadhan berlalu, kita baru sadar bahwa kita sudah berpisah dengannya. Dan ketika kita berharap tahun depan berjumpa kembali dengan Ramadhan, Allah takdirkan kita meninggal. Sungguh rugi sekali.

Comment

News Feed