by

Ingin Mencium Hajar Aswad ? Inilah Momennya…

MUSIM haji telah berakhir berganti dengan kedatangan jamaah umrah ke tanah suci. Meski jamaah umrah sudah mulai masuk, namun Masjidil Haram masih terlihat lenggang. Ini adalah saat yang tepat untuk dapat mencium hajar aswad tanpa perlu berdesak-desakan.

Sejak pagi hingga waku shalat dzuhur pada Minggu, 22 September 2019 waktu setempat, petugas Masjidil Haram mengatur jamaah mengantre untuk mencium Hajar Aswad. Panjang antrean hingga 50 an meter dan semua berbaris tertib menunggu giliran. Padahal, biasanya karena banyaknya orang, jamaah saling berebut untuk dapat mencium hajar aswad.

Dikutip dari website Kemenag, antrean dimulai pada pintu masuk Hijir Ismail, memanjang ke arah Rukun Yamani kemudian memutar ke sudut Hajar Aswad. Jamaah hanya diizinkan satu kali mencium Hajar Aswad. Untuk memastikan antrean tertib, para askar mengatur antrean.

Namun pada saat waktu shalat dzuhur tiba, jamaah ditertibkan untuk membentuk shaf shalat. Menunggu iqamah, para petugas membersihkan Hajar Aswad dan Rukun Yamani, lalu kembali melumurinya dengan minyak wangi. Usai shalat dzuhur, kebijakan antrean tidak dilanjutkan, sehingga jamaah kembali berebutan mencium hajar aswad.

Meski berebutan, namun kondisinya berbeda saat musim haji, karena padatnya lautan manusia. Lantas kenapa semua ingin mencium hajar aswad?

Hajar aswad berada di titik permulaan tawaf, yaitu terletak pada bagian sudut timur laut dari bangunan Ka’bah.

“Semua orang tawaf selalu memulai tawafnya dari situ. Tidak hanya itu saja keutamaan mencium Hajar Aswad sebagaimana diriwayatkan Abu Ubaid, Baginda Rasulullah mengkiaskan Hajar Aswad sebagai ‘tangan Allah’ di bumi. Barangsiapa yang mengusap Hajar Aswad, seolah-olah sedang bersalaman dengan Allah subhânahu wa ta’âlâ. Selain itu, ia dianggap seperti sedang berbaiat kepada Allah dan Nabi Muhammad shallallahu ‘allaihi wa sallam.”

Tak hanya itu saja, masih ada keutamaan lain dari mencium hajar aswad lainnya. Yaitu, pada hari kiamat, hajar aswad akan menjadi saksi bagi siapa saja yang pernah menyentuhnya dengan sungguh-sungguh sebagaimana hadits yang diriwayatkan dalam kitab as-Sunan karya at-Tirmidzi dan al-Ausath karya at-Thabrany.

“Sungguh, aku tahu kamu hanya batu. Tidak bisa memberi manfaat atau bahaya apa pun. Andai saja aku ini tak pernah sekalipun melihat Rasulullah shallahu alaihi wa sallam menciummu, aku pun enggan menciummu.” (HR Bukhari)

Comment

News Feed