by

Sejarah Hajar Aswad, Batu Hitam dari Syurga

Sebuah batu mulia, turun dari surga. Dibawa oleh malaikat, lalu ditaruh di dekat ka’bah. Ialah Hajar Aswad, yang dahulu berwarna putih dan kelak akan hidup menjadi saksi manusia.

Sejarah Hajar Aswad bermula ketika pembangunan Ka’bah oleh Nabi Ibrahim ‘alaihis salam. Malaikat membawanya turun dari surga untuk ditaruh dekat Baitullah. Kala itu, bongkahan batu surga tersebut masih berwarna putih seputih susu.

Waktu berlalu, Hajar Aswad disentuh dan dicium banyak orang. Batu yang awalnya berwarna putih menjadi hitam gelap seperti yang dilihat saat ini. Di masa Rasulullah, batu mulia ini pun telah berwarna hitam pekat hingga disebut dengan nama Hajar Aswad, yakni batu yang berwarna hitam.

Menjadi Hitam karena Dosa Manusia

Ternyata, menghitamnya batu surga diakibatkan dosa manusia yang menciumnya. Gelapnya hitam mewarnai batu mulia yang dahulu putih bersih melebihi salju. Hal ini sebagaimana hadits dari Ibnu ‘Abbas, bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Hajar aswad turun dari surga padahal batu tersebut begitu putih, lebih putih daripada susu. Dosa manusialah yang membuat batu tersebut menjadi hitam (dalam riwayat Ahmad: dosa orang-orang musyriklah yang membuatnya menjadi hitam).” (HR. At Tirmidzi).

Berubahnya warna Hajar Aswad memiliki hikmah yang sangat besar sebagai pelajaran nyata umat manusia. Sebagaimana ucapan Al Muhibb At Thabari, “Tetap putihnya warna batu adalah sebagai pelajaran. Jika pada batu saja kesalahan dan dosa meninggalkan bekas, maka tentu lebih berbekas lagi pada hati.”

Pernah Dicuri

Pada tahun 317 H, Hajar Aswad pernah dijarah dari Tanah Haram. Batu yang dahulu masih berupa bongkahan itu dicongkel oleh orang Qaramithah, yakni salah satu kelompok dari pengikut Syiah. Itu terjadi pada Hari Tarwiyah, ketika para tamu Allah sibuk menunaikan ibadah haji.

Bukan hanya mencuri Hajar Aswad, kelompok teroris yang dipimpin Abu Thahir itu pula menghancurkan kubah sumur zamzam, menebas banyak jamaah haji dengan pedang, mencopot pintu ka’bah lalu melepas kiswahnya dan merobeknya.

Pemimpin Makkah kala itu sudah menawarkan seluruh hartanya agar kelompok teror itu mengakhiri aksinya. Namun justru sang Amir Makkah dan keluarganya menjadi korban. Para teroris pun berhasil pulang dengan membawa Hajar Aswad beserta harta rampasan dari jamaah haji.

Digantung di Masjid Kufah

Selama 22 tahun, batu surga dimiliki para teroris Qaramithah. Pada tahun 339 Hijriyyah, mereka membawa Hajar Aswad ke Kota Kufah, Irak. Batu yang telah pecah menjadi bongkahan kecil itu digantung di tujuh tiang Masjid Kufah.

Sang pimpinan teror, Abu Thahir menulis pesan saat menggantungkan Hajar Aswad tersebut. “Kami dahulu mengambilnya dengan sebuah perintah, dan sekarang kami mengembalikannya dengan perintah juga, agar pelaksanaan manasik haji umat menjadi lancar.”

Akhirnya, Hajar Aswad dibawa kembali ke Tanah Haram pada bulan Dzulqa’dah tahun 339 Hijriyyah. Itu adalah tahun keberkahan bagi umat karena semua muslimin bersuka cita atas kembalinya Hajar Aswad ke tempatnya, di sisi Baitullah. Walhamdulillah.

Menjadi Saksi di Akhirat Kelak

Kelak di hari pembalasan, Hajar Aswad dengan izin Allah, dapat hidup dan berbicara. Sang batu memberi kesaksian kepada orang-orang yang pernah menyentuhnya. Sebagaimana disebutkan dalam hadits dari Ibnu ‘Abbas, Rasulullah bersabda,

“Demi Allah, Allah akan mengutus batu tersebut pada hari kiamat dan ia memiliki dua mata yang bisa melihat, memiliki lisan yang bisa berbicara dan akan menjadi saksi bagi siapa yang benar-benar menyentuhnya.” (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ahmad).

Masya Allah, semoga kita diberi kesempatan untuk menyentuh dan mencium Hajar Aswad, serta menunaikan rukun Islam kelima. Aamiin ya mujibassailin.

Comment

News Feed